Panorama alam sekitar air tejun songgolangit begitu indah dan udaranya cukup nyaman.
Di balik keindahannya, air terjun songgolangit mempunyai cerita yang masih di percayai ole masyarakat setempat.
Di ceritakan bahwa ada seorang jejaka yang berasal dari desa tuhanan menjalin hubungan dengan gadis cantik asal dukuh sumanding, desa bucu kecamatan kembang. Hubungan mereka akhirnya berlanjut sampai ke jenjang perkawinan.
Tradisi masyarakat dulu bila ada seorang laki-laki melamar seorang perempuan harus membawa perabotan dapun dan hewan peliaraan seperti sapi, kerbau, kambing dll.
Pada suatu fajar, si istri bersiap menyiapkan makanan pagi untuk si suami tercinta. Namun si istri kurang hati-hati sehingga menimbulkan suara-suara alat dapur saling bersentuhan.
Sehingga sang mertua (ibu si istri) menegur anaknya "ojo glondhangan, mengko mundak bojomu tangi" (jangan gaduh, nanti suamimu terbangun). Dan rupanya si suami mendengar ucapan mertuanya "kerja kok glondangan, rumangsamu barange bojomu”(kerja kok gaduh, memangnya barang bawaan suamimu)
Pada saat itu juga si suami merasa tersinggung dengan perkataan sang mertua itu, kemudian pada suatu tengah malam kedua pengantin tersebut berniat pergi pindah ke tempat asal suami yaitu ke desa tuhanan dengan mengendarai pedati (gerobak) yang di tarik oleh sapi. Karena jalannya terlalu gelap. Sehinnga pedati yang mereka naiki salah jalan (kesasar) dan terasa pedati tersebut masuk jurang yang sangat dalam (sekarang di sebut air terjun songgolangit) dan sepasang pengatin tersebat menghilang tidak ada yang mengetahui keberadaannya.
Dan konon ceritanya air terjun ini di tunggui oleh sepasang pengantin yang ikut menjaga kenyamanan para wisatawan yang menikmati keindahan obyek wisata tersebut, karena mereka merasa bahwa para pengunjung adalah tamunya yang perlu di hormati dan di jaga keamanan dan kenyamanannya.
Belum ada tanggapan untuk "Pesona Songgolangit "
Posting Komentar